Kalau sudi, mampirlah sebentar....

Kamis, 22 Maret 2012

Do'a Aku Hujan

Do'a
Aku
               Hujan
Ku harap                           Tuhan
               Beri Mentari
               Cerah kan langit
               Hangat kan bumi
                       Aku
               Lega
               Angin menyapa
                       Aku
               Fana
               Bumi menjerit
               Mentari melejit
               Langit pun menangis
Do'a
Aku
               Hujan


                                                                                                                 

                                                                                                                Tanjungpinang, 22 Maret 2012
                                                                                                                Cipta : Sutris

BUI HATI


 Pintu hati ini tertutup rapat
Terkunci dengan gembok keegoisan
Terkurung perasaan bagai narapidana
Membunuh rasa denganm pisau kebohongan

Bui hati seakan menyiksa batin
Menjerit kesakitan dengan suara hampa

Bertahun-tahun memenjarakan hati
Dengan tatapan yang bengis
Dengan senyuman yang sinis
Hati seolah mati rasa
Terkubur dalam penjara

Ketika datang seorang bidadari
Dengan langkah gemulai
Berlari kecil seperti mengejar mimpi
Tetesan keringat mencucuri jiwa
Membakar semangat dengan api pengorbanan

Sedikit demi sedikit pintu hati mulai terbuka
Mengintip di balik rasa penasaran
Meski bertahun-tahun hanya dalam kegelapan
Tanpa cahaya sang bidadari
Yang mampu menerangi setiap naluri lelaki

Sang bidadari memancarkan wajah molek
Membuat rasa semakin terasa
Dan merasakan perasaan tanpa rasa
Berkalam tanpa suara
Hanya terdengar desingan kebohongan
Membuat sang bidadari seperti di sorga

Namun hati tetap hati
Telah mati rasa
Meski sang bidadari mati
Hati tetap terkunci
Dengan gembok keegoisan
Memenjarakan rasa dalam bui hati
Sampai kapan?

Tanjungpinang  2010
di ruang rasa

Minggu, 11 Maret 2012

SYAIR BALAS BUDI : Sebuah Interopeksi Diri

Terkenang diri di masa lalu
Semasa kecil macam kelaku
Emak dan bapak penat selalu
Celotehkan anak kepala batu

                Emak suruh pergi mengaji
                Supaya akhlak baik terpuji
                Sayangnya anak bingal sekali
                Asyiklah main lupakan diri

Bapak balik carikan nafkah
Sisihkan duit untuk sedekah
Anak menangis minta rupiah
Mulianya bapak senyum merekah

                Kini anak sudahlah dewasa
                Emak dan bapak dimakan usia
                Anak dididik dengan agama
                Sekarang tumbu baik akhlaknya

Tibalah saat ‘tuk balas budi
Jasa emak bapak tak dapat dibeli
Bukanlah harta inginnya hati
Mereka harap anak berbakti

Tanjungpinang, 26-12-2010
Pukul 00.08 WIB

Catatan :
Ikan todak ikan tenggiri
Ketiganya dengan ikan kakap
Bukanlah harte ‘tuk balas budi
Anak berbakti selalu diharap

CERITA TENGAH MALAM (CTM)


Detik jam dinding berdetak seiring dengan detak jantungku. Malam yang sunyi, senyap nyaris tanpa suara. Bertemankan sebuah kertas putih yang siap dinodai oleh tinta. Lewat tangan dan pena yang menari tanpa lelah, cerita hati mulai mengisi ditengah malam yang sunyi.

3 tahun yang lalu . . .
                Terkisah seorang pemuda yang kaya raya, anak saudagar ternama, berkelana mencari arti sebuah cinta. Tanpa harta orang tua, si pemuda terus mengembara, menelusuri setiap sudut yang paling tersudut, hanya berbekal dengan keyakinan.
                Si pemuda terus mencari. Keringat menjadi saksi ketulusan hati. Pesona wajahnya menyebar disetiap penjuru hati wanita. Menarik nafsu mereka yang tak mengenal malu. Namun si pemuda tetap berkata satu, menjawab dengan senyuman. Tak sekalipun melirik merka dengan tatapan tanpa iman. Si pemuda sadar “jalan mereka” bukan jalan yang ia cari.
                Di pondok kecil, si pemuda berteduh diri. Maksud hati hendak menunaikan kewajiban ditengah teriknya matahari. Seorang ibu tua menyambut dengan penuh senyuman dan tatapan keramahan. Memberi sebuah ruang kosong, tertata rapi.
                Si pemuda menatap ibu tua, dengan tatapan penuh hormat dan bermaksud minta diri. Dari kejauhan, tampak seorang dara yang berbalut jilbab putih berjalan perlahan, semakin dekat, mendekat, dan merapat. Si pemuda menatap sejenak. Malu rasa hati terhenyak. Melihat kecantikan alami sang dara, penuh pesona. Apakah itu cinta ?
                Sang dara mulai menyapa, dengan rayuan penasaran, menggetarkan hati setiap lelaki. Si pemuda hanya terdiam diri dan minta diri. Sang dara sadar nafsu mengalahkan logika sehingga ia terperangkap dalam jerat nista.
                Si pemuda terus berjalaan, tanpa penyesalan. Hati terus berkata “apa itu cinta ?”. si pemuda menatap langit, matahari mulai meredup. Tak kuasa menahan diri, ia terjatuh tak sadarkan diri.
                Di tengah jalan yang sepi, seorang gadis buruk rupa menangis tanpa suara dan air mata, berjalan tergesa. Dan tak percaya si gadis melihat seseorang di samping jalan, tergeletak tak berdaya. Dengan segala kekuatan, si pemuda berhasil diselamatkan. Si gadis menyiapakan makanan dan minuman di sebuah gubuk kecil.
                Si pemuda mulai membuka mata. Alangkah terkejutnya ia, seorang gadis buruk rupa merawatnya dengan penuh kasih sayang. Mengorbankan tenaganya yang lemah untuk menolong umat yang susah. Subhanallah
                Si pemuda percaya, gadis adalah cinta. Cinta yang selama ini ia cari. Dengan segala pengorbanan, berbekal keyakinan. Si pemuda dengaan rasa gugup menyampaikan isi hati. Si gadis hanya diam tanpa kata. Ia sebatang kara, tiada sesiapa dapat berbagi suka dan duka. Si gadis sadar, ia seorang buruk rupa. Tak sebanding dengan pemuda yang penuh pesona. Secara halus ia menolak.
                Si pemuda semakin dengan arti cinta. Ia menyambut hormat keputusan si gadis. Rela mengorbankan perasaan meski menyakitkan. Si pemuda minta diri dan pulan dengan sebuah arti “cinta adalah pengorbanan”.

Sabtu, 10 Maret 2012

“SUMPAH PEMUDA”, SUMPAH SIAPA? : Sebuah Realita




Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

            Ikrar di atas merupakan sumpah setia oleh peserta yang hadir pada Kongres Pemuda II (27 s.d. 28 Oktober 1928) atau lebih dikenal dengan “Sumpah Pemuda”. Dengan menyuarakan semangat perjuangan, 17 tahun kemudian Indonesia berhasil mencapai kemerdekaan. Tepatnya 17 Agustus 1945.
            Sumpah berarti janji. Melanggar sumpah berarti melanggar janji atau biasanya disebut khianat. Khianat merupakan ciri munafik. Dengan demikian, melanggar “Sumpah Pemuda” berarti melanggar janji pemuda Indonesia dan menjadi diri sebagai orang munafik. Tentu sebagai pemuda Indonesia kita tak mau dicap “munafik”, bukan?
            Secara objektif “Sumpah Pemuda” memberi dampak positif bagi bangsa Indonesia. Pemuda-pemuda Indonesia mulai dari pelajar, mahasiswa, buruh, , bahkan pejabat pun (mereka yang masih muda atau “pernah muda”) menyuarakannya dengan mengisi kemerdekaan Indonesia. Secara tak langsung, “Sumpah Pemuda” merupakan ikrar untuk mengisi kemerdekaan.
            Dari spekulasi di atas, timbul sebuah pertanyaan. “Sumpah Pemuda”, sumpah siapa?. Jawabannya tentu sederhana, seluruh pemuda Indonesia. Tapi, apakah kita yakin?. Untuk membela tanah air yang dirampas bangsa lain saja kita tak mampu. Membela rakyat yang tengah menderita di negara lain pun kita tak bisa. Tidakkah kita melanggar “Sumpah Pemuda”?.
            Penulis memiliki pandangan khusus tentang “Sumpah Pemuda”. “Sumpah Pemuda” memiliki 3 karakteristik yang patut dipahami. Pertama, “Sumpah Pemuda” berisi tentang pengakuan bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Artinya pemuda Indonesia dituntut untuk  mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para pahlawan saja berjuang sampai titik darah penghabisan. Bagaimana dengan kita, pemuda Indonesia di era kemerdekaan?. Hendaklah kita berjuang mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang positif. Seorang pemimpin terkenal, Abraham Lincoln, pernah berkata “Dengan keteguhan hati dan kebenaran yang sesuai dengan titah Tuhan, marilah kita berusaha untuk menyelesaikan tugas kita sekarang, yaitu menyembuhkan luka-luka bangsa.”.
            Kedua, “Sumpah Pemuda” berisi tentang pengakuan berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Artinya pemuda Indonesia wajib mengenal bangsa Indonesia dengan beragam kebudayaan dan suku bangsanya. Untuk menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari gugusan pulau-pulau bukanlah perkara mudah. Sepatutnya kita sebagai pemuda terus melestarikan kebudayan Indonesia agar tak punah. Bangsa yang satu adalah bangsa yang mampu menjaga keharmonisan sosial. Seorang tokoh, Beddiuzzaman Said Nursi, pernah berkata “Kebersamaan dalam suatu masyarakat menghasilkan ketenangan dalam kegiatan masyarakat itu, sedangkan bermusuhan menyebabkan seluruh kegiatan itu mandeg (kacau).”. Mari kita jadikan bangsa ini bangsa yang satu!.
            Terakhir, “Sumpah Pemuda” berisi tentang pengakuan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Artinya, pemuda Indonesia dengan semangat kemerdekaan hendaklah menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Identitas sebuah bangsa tak lepas dari bahasanya. Dengan menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar akan mempermudah komunikasi antar suku bangsa di Indonesia. Bukan berarti harus meninggalkan bahasa asal suatu suku bangsa. Ingat semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”, yang berarti walaupun berbeda suku bangsa, agama, bahasa, dan adat istiadat, tetap satu jua.
            Sebentar lagi kita akan merayakan momentum “Sumpah Pemuda”, 28 Oktober 2011. Mari bangkit pemuda-pemuda Indonesia. Jangan jadikan pemuda “tumbal” penguasa, tapi jadikan pemuda generasi penerus bangsa. Salam pemuda Indonesia!.

MENULIS ASA


Kukubur resah dalam-dalam
Kutanam mimpi idam-idam
Hingga tumbuh benih asa
Menjulang bagai Sequoia Sempervirens

Sebaris masa telah berganti
Dan tinta pun mulai menari
Menulis asa di peraduan
Kumengeja waktu

Tanjungpinang, 26 Februari 2012
Di Peraduan Malam

Catatan :
Sequoia Sempervirens adalah nama pohon tertinggi di dunia yang tumbuh di California. Tingginya mencapai 300 kaki.

POTRET MAHASISWA UMRAH : Jarak Jauh Tak Membuat Kami Rapuh


“Jarak tempuh yang cukup jauh tak menjadi penghambat bagi kami untuk menuntut ilmu demi mencerdaskan kehidupan bangsa,” kata Afrizal.
Laporan Sabarani, Tanjungpinang (TP)
            Afrizal, 19, mengatakan jarak tempuh dari rumahnya ke kampus cukup jauh. Namun hal tersebut tak lantas membuat semangatnya luntur, malah sebaliknya. “Aku dan temen-temen semangat banget ngampus, kami bisa canda-candaan loh,” selorohnya.
            Hari-hari yang dilalui mahasiswa UMRAH cukup melelahkan, betapa tidak, jarak sekitar 18 KM harus mereka tempuh setiap hari. Beruntung, bantuan bus dari pemerintah setempat  cukup memberikan keringanan. Kendati demikian sebagian dari mereka lebih memilih jasa kendaraan pribadi.
            Nah, beginilah kondisi kami, saling rebut-rebutan kalau ada bus datang, masing-masing pengen dapat tempat duduk, tapi seru juga loh,” ujar mahasiswa jurusan Bahasa Indonesia semester IV ini sambil melirik kepada teman-temannya yang rebutan naik.
            Ijal berharap pemerintah daerah masih mau memberikan bantuan tambahan bus untuk UMRAH mengingat animo mahasiswa yang sangat tinggi dalam menuntut ilmu. “Lihat saja, temen-temen sangat antusias ke kampus, Pemda harusnya memberikan lagi tambahan bus supaya kami nggak rebutan lagi,” tutur mahasiswa yang menyenangi footsall ini.
            “Kami sebagai anak daerah tentunya akan siap melanjutkan perjuangan pemimpin daerah untuk memajukan kepri ini, namun perlu pembinaan dan bantuan pendidikan agar mampu bersaing di era globalisasi,” tambahnya sambil naik ke Bus yang sudah penuh terisi mahasiswa.